Aku tidak sungguh-sungguh melihatmu
Menatap saja tidak
Apalagi menetap
Tapi masih saja kau berikan senyuman itu
Satu kali kau tersenyum, rasanya biasa saja
Dua kali, Senyumku tertahan
Tiga kali, sampai aku tak mau melihat senyummu lagi
Dalam diriku terdapat kepingan yang tak bisa kau singgahi
Kau seolah angka”1″ dalam angka biner
Seribu puisimu bahkan dilantunkan musisi favoritku
Kehidupanmu adalah rengekan masa kecilku
Suatu hari, kau akan tahu kenapa senyum itu terbalas
Suatu hari, kau akan tahu kenapa tak satu puisi pun akan ku balas
Sampai dimana kau akan tahu, kenapa tak setetes pun keringat yang ingin ku korbankan kepadamu
Ya, sampai hari itu. Kau akan menungguku di bawah pohon tempat kita berlindung.
Dalam tangisan anakku
Kau baru tahu.
Terinspirasi dari cerita rekan kerja